Bab 228
Bab 228
Bab 228
Samara mengangguk kepala dan berkata: “Penulis skenario kalian masih terhitung punya otak, tahu waktu tepat untuk mencegah kerugian, kalau tidak filem ini pasti tidak akan laku terjual, jangan harap mendapat untung modal pun tidak akan balik. Samantha tidak merasa sayang, apakah pemain lainnya tidak akan merasa sayang karena sudah sudah bersusah payah untuk filem ini.”
Samara merasa pengap memakai topeng wajahnya, begitu sampai di rumah dia melepaskan topengnya.
Xavier menatap Ibunya, dan berseru.
“Ibu, paras wanita itu betul betul inirip denganmu!”
“Kalau begitu apakah kamu bisa membedakan antara ibu dan dia?”
“Tentu saja bisa.” Xavier mengangguk dengan kuat, “Walaupun panca indera kalian mirip, tetapi auranya tidak bisa dibandingkan dengan ibu, saya tidak mungkin salah mengenalnya.”
Memang benar.
Kalau melihat orang akan merasakan Samantha adalah seorang wanita yang sangat cantik.
Akan tetapi, setelah dibandingkan dengan ibunya sendiri, akan timbul perasaan kecantikan Samantha hanyalah bersifat ilusi, dia hanya cantik di luar saja sama sekali tidak tahan di pandang lama lama.
“Ibu, kamu sih tidak punya niat untuk terjun ke dunia hiburan, jika tidak dengan aura dan bakat akting ibu pasti bisa melebihi Samantha.” Waktu Xavier mengucapkan perkataan ini, terlihat mata kecilnya bersinar
sinar.
“Tidak tertarik.” Samara tertawa ringan.
Inilah perbedaan terbesar antara dirinya dengan Samantha.
Samantha sangat menikmati peran muncul di depan publik, menerima sanjungan tanpa batas dari para penggemar, tetapi dia sebaliknya sama sekali tidak tertarik dengan semua ini.
Di sini.
Untung masih ada Xavier yang menemaninya setelah Javier disabotase oleh Asta, perasaan kecewa di hatinya mulai berkurang.
Malam hari.
Samara sedang menunggu email dari Widopo tentang keberadaan Buah Darah Naga.
“Tetapi emailnya belum sampai, dia malah menerima telepon dari Javier.
Setelah mengangkat, terdengar suara cemas dari bocah itu.
“Berita buruk Ibu! Kode firewall yang saya pasang berhasil di bobol orang, mengenai data data tentang identitas kamu telah dicuri orang.”
“Apa?!”
Samara berseru terkejut, sama sekali tidak terpikir olehnya ada kemungkinan seperti itu.
Walaupun umur Javier baru 5 tahun, tetapi keahlian meretasnya telah membuat kagum banyak orang dewasa, kode firewall yang dipasangnya bisa dibobol orang, maka dapat dibayangkan kemampuan meretas pihak lawan lebih tinggi.
“Javier, kamu tahu siapa yang berhasil membobol firewall kita?” Samara mengerutkan keningnya, berusaha menenangkan diri, lalu bertanya, “Dan siapa pula yang mencuri data data saya?”
Di seberang sana terdengar suara jari tangan bocah yang sedang mengetik di keyboard, tidak berapa lama terdengar suara Javier.
“Saya telusuri kemungkinan adalah keluarga Saputro…..mereka sekarang mungkin sedang menelusuri alamat, sebentar lagi pasti akan mengetahui ibu adalah Tabib Wanita Misterius.”
“Daniel Saputro?”
“Iya.”
Samara ingat dengan nama tersebut.
Beberapa bulan yang lalu, Daniel Saputro pernah menawarkan 100 miliar agar dia mengobatinya, tetapi ditolak olehnya, siapa sangka orang kaya baru yang kejam dan hampir mati ini bisa menggunakan cara licik seperti ini untuk memaksanya keluar guna mengobati penyakitnya.
Pandangan mata Samara berubah menjadi kacau.
Daniel Saputro bisa melakukan siasat seperti ini agar bisa berobat kepadanya, dapat dibayangkan jika dia menolak atau tidak bisa menyembuhkan penyakitnya maka kemungkinan nyawanya akan menjadi taruhan.
Sekarang……
Statusnya sudah dibobol orang, identitasnya benar benar telah terpapar keluar dan berada dalam bahaya.
Tidak masalah jika dia sendiri tidak dapat terhindar dari bahaya, akan tetapi bagaimana jika melibatkan Javier dan Xavier?
“Javier, apa yang barusan kamu katakan tidak boleh beritahu kepada orang lain, siapapun tidak boleh sampai tahu.” Samara menyipitkan matanya, bahkan suaranya juga ikut menjadi dingin, “Keluarga Costan, bahkan kakak kandungmu juga…….” Text property © Nôvel(D)ra/ma.Org.
“Saya…..saya sudah tahu.” Javier tahu masalah ini serius jadi dia patuh pada kata kata ibunya.
Beberapa saat setelah memutuskan telepon.
Xavier berjalan keluar dari dalam kamar mandi, dia melihat Samara telah siap mengemasi barang barangnya ke dalam koper.
“Ibu, kamu…..apa maksudmu ini?”
11
“Bukankah kamu dan Javier secara diam diam berencana agar Asta bisa menjadi Ayah tiri kalian?” Samara tertawa, “Sekarang juga Ibu bawa kamu pergi mencarinya agar kalian dapat memupuk kasih sayang.“