Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 25



Bab 25

Selena bergeming melihatnya, dan suara Harvey yang tiba-tiba membuatnya ketakutan dan langsung terduduk di lantai, sementara dokumen di tangannya ikut berserakan di lantai.

Harvey biasanya pulang larut malam, kenapa hari ini dia pulang begitu cepat?

Meski keduanya masih suami-istri, namun tindakan Selena sangat tidak pantas, apalagi dia tahu

bahwa Harvey paling membenci orang yang melakukan sesuatu di belakangnya.

“Kamu, kamu sudah pulang,” ujar Selena dengan ekspresi yang sangat tidak wajar sambil menelan ludah.

Entah menghadiri acara apa, Harvey yang mengenakan setelan formal hitam-putih menunjukkan sosoknya yang tinggi dan tegap. Sementara tatapan mata yang dingin itu menatap Selena, dan membuatnya merasa seperti berada di dalam ruangan es.

Dengan kaki jenjangnya, Harvey perlahan menghampiri Selena, melepas jasnya, dan setiap gerakannya memancarkan aura bangsawan.

Walaupun hanya melepas jas, Selena sangat ketakutan, dan saat hendak melarikan diri, kakinya seperti terkunci. Sebelum berkenalan dengan Harvey, Harvey dikenal sebagai iblis pemakan manusia yang tidak memiliki belas kasihan.

Sekarang Selena baru benar-benar merasakan betapa menakutkannya Harvey dari sudut pandang orang biasa, dan auranya yang menakutkan mengalahkan segalanya. Akhirnya, Selena pun meletakkan tangan dan kakinya di lantai, dan saat Harvey melangkah ke depan, Selena melangkah mundur.

Hingga punggungnya menyentuh brankas, dia sudah tidak bisa mundur lagi, dan Harvey berlutut dengan satu kaki di depan Selena.

“Kamu sudah lihat?” kata Harvey dengan suaranya yang tenang dan ekspresi yang datar.

Namun Selena mengerti, semakin tenang, Harvey semakin marah.

Karena mata Harvey yang hitam pekat, tidak ada orang yang bisa melihat emosi apa pun di dalam matanya.

Selena menelan ludah, mengangguk dengan hati-hati, lalu segera menggeleng.

Dia sudah melihatnya, tepatnya dia belum selesai membacanya, dan hanya membaca sebagian dari laporan kematian. Jari kurus Harvey pun mengangkat dagu Selena, dan memaksa Selena

untuk menatap matanya.

“Tahu nggak kenapa aku nggak mempertahankan anak itu?”

“Katena Kezia,” jawab Selena dengan pelan sambil menggigit bibirnya.

Selena sudah melihat laporan otopsi. Penyebab kematian Kezia yang sebenarnya bukan karena tenggelam, melainkan dicekik, lalu dibuang ke dalam air, dan masih ada informasi penting

lainnya. Kezia sedang hamil tiga bulan. @Content is © by NôvelDrama.Org.

Jika Kezia dan Arya benar-benar memiliki hubungan, kemungkinan besar anak itu adalah anak

Arya

Sembari menyentuh bibir Selena yang menggigit, suara Harvey yang dingin terdengar di telinga Selena,"Aku sudah memeriksa kamera pengawas saat Lanny keluar masuk dari departemen kebidanan dan kandungan, dan Arya juga ada di sana hari itu.”

“Orang tuaku sudah bercerai selama bertahun-tahun. Wajar jika Ayahku memiliki kebutuhan seperti itu. Sekalipun mereka berdua berpacaran, aku sudah memastikan bahwa Ayahku memperlakukannya dengan sangat baik, jadi Ayahku nggak mungkin membunuhnya,”

Selena buru-buru.

Namun, Harvey mencibir, karena ini adalah pertama kalinya setelah sekian lama dia dan Selena membahas kematian Lanny secara langsung.

hanya

“Menurutmu, Arya adalah seorang pria sejati, dan dia memperlakukanmu dengan bai karena dia Ayahmu. Di dunia ini, nggak ada manusia yang sempurna. Dia hanya memperlihatkan

apa yang perlu kamu lihat.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.