Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 13



Harvey menatap Chandra dengan dingin, lalu Chandra pun segera berusaha untuk menjelaskan, “Pak Harvey, istri Bapak sedang bersama dengan Olga sekarang.”

Olga adalah sahabat baik Selena, jadi wajar saja jika keduanya sedang bersama. Bahkan dulu, demi mengetahui setiap gerak- gerik Selena, Harvey telah meminta Chandra untuk menyimpan nomor ponsel Olga.

Sambil berbicara, Chandra membuka ponselnya dan memeriksa daftar teman yang dimiliki oleh Olga di akun Instagram-nya. Olga sering memamerkan rambutnya yang berwarna merah muda terang dan sangat mencolok itu, tetapi di sisi lain, tatapan Harvey hanya tertuju kepada sosok Selena.

Gaya Selena sangat jauh berbeda dengan yang biasanya. Rambutnya yang dahulu sepanjang pinggang telah dipotong hingga hanya sepanjang daun telinga. Selain itu, sosoknya yang dahulu terlihat jauh lebih periang, sedangkan sekarang justru tampak lebih melankolis.

Pada foto yang dilihatnya itu, Selena mengenakan sebuah kaus bergaya netral yang memperlihatkan tulang selangka di bawah lehernya itu, seakan sedang memamerkan kecantikannya ke semua orang.

Wanita ini terlihat seperti memiliki kehidupan yang baru.

Tanpa disadari, tangan Harvey yang memegang ponsel itu pun gemetar. Gadis ini telah mengganggunya selama setahun penuh. Jika pada akhirnya Selena memilih untuk melepaskannya, bukankah dia seharusnya merasa senang? Namun, kenapa hatinya malah terasa sakit, bahkan dia sekarang merasa seakan sulit bernapas?

“Tidak. Adikku sendiri sudah lama tiada. Atas dasar apa wanita ini berhak untuk memiliki kehidupan yang baru?” ungkapnya dalam hati.

Harvey berusaha meyakinkan dirinya bahwa yang dirasakannya bukanlah sakit hati, melainkan ketidakrelaan. Sebelum semua penderitaan ini berakhir, Selena tidak akan pernah bisa lepas dari dirinya.

Saat Harvey sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, Chandra tiba-tiba menambahkan, “Nona Olga membawa Nyonya ke Klub Pegasus.”

Chandra membuka sebuah foto di Instagram, lalu tampaklah sebuah foto dengan suasana remang-remang. Selena bersandar dengan santai di sebuah sofa, ada seorang pemuda tampan yang mengenakan pakaian berwarna putih sedang berlutut sambil menyuapi Selena.

Harvey hampir saja menghancurkan ponsel milik Chandra itu. “Ayo pergi ke Klub Pegasus.” Seisi mobil pun menjadi dipenuhi aura dingin. Yang ada di pikiran Harvey saat ini hanyalah pemuda berpakaian putih itu.

Dia tahu bahwa Selena tidak akan bisa menahan diri jika melihat dirinya memakai kemeja putih. Selena sendiri terkadang bisa melukiskan wajah Harvey sebagai pemuda berkemeja putih. Pada saat ini Harvey pun menyadari bahwa dia sama sekali tidak ingin bercerai!

Bukan hanya tidak ingin bercerai, dia bahkan ingin mengurung Selena agar tetap berada di sisinya seumur hidup, tujuannya agar Selena dapat merasakan penderitaan setiap hari demi menebus semua kesalahan yang pernah dilakukan oleh Arya.

Dalam perjalanan menuju ke Klub Pegasus, Chandra hanya diam saja di dalam mobil, dia bahkan tidak berani mengembuskan napas dengan nyaring. Sebenarnya Chandra dan Alex juga tidak terlalu mengerti. Dua tahun ini Harvey selalu meladeni semua permintaan Agatha, tetapi mereka berdua sama sekali tidak dapat merasakan perasaan Harvey terhadap Agatha.All rights © NôvelDrama.Org.

Sebaliknya, walaupun sikap Harvey terhadap Selena sangat dingin, tetapi mereka berdua dapat merasakan bahwa Selena adalah wanita yang benar-benar dicintai oleh Harvey.

Hanya saja, terkadang kebencian muncul di kala cinta telah mendalam. Harvey yang telah dibutakan oleh kebencian justru rela melakukan segalanya demi melukai Selena.

Ketika tiba di Klub Pegasus, Harvey melihat bahwa kedua wanita itu telah meninggalkan tempat itu. Tepat setengah jam yang lalu, Selena telah membawa Olga yang mabuk berat untuk pulang, sehingga Harvey tidak menemukan orang yang ingin dicarinya.

Harvey menyuruh bawahannya untuk mencari mereka ke beberapa tempat, tetapi tidak ada yang berhasil menemukan jejak Selena. Chandra bahkan telah memeriksa semua hotel di kota itu, tetapi hasilnya tetap saja nihil.

“Tuan Harvey, sepertinya Nyonya sudah menemukan tempat tinggal yang baru. Seharusnya jika menyewa rumah tanpa bantuan agen, akan memerlukan waktu yang lebih lama.”

Harvey pun terdiam. Ternyata wanita itu sudah berencana untuk pergi begitu mendapatkan uang. “Aku tidak peduli! Cari! Bagaimanapun caranya, dia harus ditemukan!”

Kabar baiknya adalah Selena tidak pergi bersama pria yang sebelumnya bersama dirinya itu. Pemuda yang sempat melayani Selena itu diikat dan berlutut di hadapan Harvey.

Harvey menyalakan cerutunya. Sambil menghembuskan asap dari mulutnya, Harvey menatap dua orang pria yang sedang gemetaran di hadapannya, lalu berkata, “Tatap mataku.”

Kedua pria itu tidak menyangka bahwa mereka akan membuat seorang bos besar menjadi marah. Tubuh mereka gemetar hebat dan suara mereka pun terdengar penuh dengan ketakutan, “Tuan ... Tuan Harvey.”

“Bagian mana dari tubuhnya yang kalian sentuh?”

“Tidak ... tidak ada. Nona itu itu tidak suka disentuh oleh orang lain dan selalu menjaga jarak dengan kami. Dia langsung membawa temannya pergi dari tempat ini setelah meminum dua gelas anggur.”

Harvey mencibir, lalu membungkuk dan mengangkat dagu salah satu dari kedua pria itu. Dia memandangi sekujur tubuh pemuda itu dengan saksama. Pemuda itu memakai riasan wajah yang tebal dan bau parfum tubuhnya juga sangat menyengat. Harvey pun mengerutkan keningnya dan berkata, “Ternyata dia benar-benar sudi untuk makan anggur dari suapan tanganmu yang kotor ini.”

Pemuda itu hampir menangis karena ketakutan. Sesaat kemudian, Harvey berkata tanpa ampun, “Potong jari-jarinya.” “Tuan Harvey, mohon ampuni aku!”

Pada saat yang bersamaan, Chandra juga telah selesai memeriksa CCTV. “Tuan Harvey, Nyonya memang tidak bersentuhan dengan mereka,” ujarnya.

Kedua pria itu menangis tersedu-sedu. Mereka tidak menyangka bahwa dengan menyuapi Selena makan anggur, ternyata akan membawa malapetaka sebesar ini. Niat awal mereka hanyalah untuk mendapatkan uang dari wanita-wanita kaya yang datang ke tempat itu.

Jarang sekali mereka melihat seorang wanita muda yang cantik seperti Selena mendatangi klub itu. Itulah mengapa mereka berusaha untuk merayu Selena. Namun, Selena sama sekali tidak menghiraukan mereka. Saat ini, mereka malah harus berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa. Malang sekali nasib mereka.

Harvey tidak lagi peduli dengan kedua pemuda itu. Dia pun mengemudikan mobilnya dan melaju tanpa tujuan. Selena tidak punya tempat tujuan lain di kota ini, jadi ke manakah dia pergi?

Saat ini, Arya berada di ruang ICU, tidak ada gunanya juga bagi Selena untuk menunggunya. Ponselnya juga tidak aktif. Hal ini membuat Harvey kebingungan. Dia terus berusaha untuk mencari wanita itu ke semua tempat yang pernah mereka kunjungi bersama sebelumnya.

Pada akhirnya, Harvey kembali rumah pernikahan mereka, tempat di mana serharusnya mereka menghabiskan malam pertama pernikahan mereka. Malam itu, Harvey hanya sebentar saja berada di sana, lalu pergi. Harvey sudah lama tidak mendatangi tempat ini lagi.

Satu-satunya yang tersisa di tempat ini adalah perabotan yang terasa dingin, sama sekali tidak ada jejak kehidupan yang masih tersisa di tempat itu.

Dahulu, Selena selalu meletakkan bunga segar di atas meja setiap harinya. Namun, pada saat ini, vas bunga itu pun telah menghilang.

Semua foto pernikahan mereka yang dipajang di kamar tidur utama telah dipotong, yang tersisa hanyalah foto Harvey sendiri yang terlihat kesepian terpajang di sana. Sungguh pemandangan yang menyedihkan.

Setelah Keluarga Bennet bangkrut, Selena tidak membawa sehelai pun pakaian bermerek miliknya, hanya pakaian-pakaian murah yang dibawanya. Perhiasan dan tas-tas mahal miliknya juga telah diambil orang lain. Satu-satunya cincin berlian miliknya juga telah dikembalikan

kepada Harvey.

Sikat gigi, gelas kumur, dan semua handuk mandi yang ada di kamar mandi juga telah menghilang. Hanya ada sikat gigi elektrik bermodel couple miliknya yang masih tergantung di rak.

Harvey segera berjalan menuju kamar bayi yang dahulu merupakan tempat sebagai sandaran jiwa bagi Selena.

Harvey tidak menyadari bahwa telapak tangannya telah dibasahi keringat. Terdengar suara “clek” saat dia membuka pintu, lalu dia menatap ke arah kamar bayi yang hampa itu.

Pada saat itu, Harvey merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya. Selena benar-benar telah mencampakkan segala sesuatu yang berhubungan dengan diri Harvey.

“Tuan Harvey, tenang saja. Aku telah memeriksa seluruh maskapai penerbangan dan tidak ditemukan nama Nyonya. Selain itu, Tuan Arya juga masih berada di rumah sakit. Nyonya pasti masih berada di kota ini.”

Pada saat ini, Harvey akhirnya menyadari suatu hal. Jelas-jelas dengan mudah Harvey bisa membunuh Arya, tetapi hal itu tidak dilakukannya. Alasannya tidak lain adalah karena Harvey sendiri sebenarnya tahu bahwa Arya adalah harapan terakhir Selena.

Selama Arya masih hidup, Selena akan selalu hidup di bawah kendali Harvey. “Cari dia dan cepat bawa dia kembali,” perintah Harvey. “Siap”

Harvey pun berbaring di tempat tidur kamar tidur utama. Selama ini, dia selalu tidur terpisah dengan wanita itu. Tidur sendirian bukanlah masalah bagi dirinya.

Harvey jelas-jelas tahu bahwa ini semua tidak berkaitan dengan Selena, dia hanya belum bisa menerobos kesulitan yang ada di dalam hatinya.

Setiap kali melihat Selena sedang berbahagia, dia akan terpikir adiknya yang malang. Ini hanyalah harga yang harus dibayarkan oleh Selena, siapa suruh Selena terlahir sebagai putri Arya?

Dia sangat mencintai Selena, juga sekaligus sesangat membencinya. Sulit baginya untuk meredakan amarah yang terpendam di dalam tubuhnya itu.

Mungkin saja ... dia harus mengubah cara menghukum Selena.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.